Keluarga Pejuang Jambi, Abunjani Tak Pernah Diundang Rayakan HUT Kemerdekaan RI

By MS LEMPOW 13 Agu 2020, 19:42:27 WIB RAGAM
Keluarga Pejuang Jambi, Abunjani Tak Pernah Diundang Rayakan HUT Kemerdekaan RI

Mediajambi.com - Meski tercatat sebagai pejuang Jambi dan dimakamkan di Makam Pahlawan di Kalibata Jakarta, namun pejuang Jambi, Abunjani tak pernah diperhatikan oleh Pemprov Jambi. Ahli waris keluarga ini tak pernah diundang dalam perayaan Hari Kemerdekaan RI maupun peringatan hari besar lainnya. "Kalau di Jakarta setiap tahun kami diundang merayakan prosesi HUT Kemerdekaan RI baik di Istana Negara maupun di Makam Pahlawan Kalibata. Tapi di Jambi belum pernah," ujar putra bungsu almarhum, Arman kepada Media Jambi.com di kediaman Abunjani, Kamis (13/8).

Dihadapan sejumlah wartawan senior yang hari itu melakukan wisata budaya di rumah peninggalan alm Abunjani, Arman mengatakan dirinya tahun 2019 lalu hadir memenuhi undangan di Istana Negara. "Saya tidak tau mengapa di Jambi kami tidak diundang," katanya. Ibunya, Siti Mariam isteri almarhum Abunjani katanya sempat kecewa karena perjuangan suaminya tidak mendapat perhatian. "Namun semua itu terobati karena pemerintah pusat selalu mengundang ibu setiap perayaan hari kemerdekaan," ungkapnya. Abunjani meninggal tanggal 29 Desember  1979 karena sakit.

 

Baca Lainnya :

Sejarah Perjuangan Abunjani

Mengutip dari tulisan sejarahwan Jambi, almarhum Junaidi T Noor, Abunjani ikut berjuang memerdekakan Jambi usai zaman penjajahan Jepang.

Abunjani merupakan anak Demang Makalam,  yang berkedudukan di Rantau Panjang, Batang Asai Merangin. Demang Makalam berasal dari Pondok Tinggi, Kerinci, sedangkan ibunya bernama Siti Umbuk berasal dari Desa Keladi.

Abunjani lahir di Desa Kelasi 24 Oktober 1918 merupakan anak keempat dari 5 bersaudara dengan urutan sebagai berikut: Siti Rodiah, M. Kamil, Siti Raimin, dan adiknya M. Sayuti.

Almarhum sempat menjalani pendidikan secara berturut-turut, di Hollandsc-Inlandsche School (HIS) selama 7 tahun dan tahun 1934 menamatkan pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Bandung.

Pada 1940 Abunjani mengikuti pendidikan di Middelbare Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaar (MOSCVIA) di Bandung, tetapi tidak tamat karena berlangsungnya pendudukan Jepang.

Pada masa pendudukan Jepang ini Abunjani menamatkan pendidikan di Shonan Kao Kun Renjo (Sionanto) di Singapura selama 1 tahun. Abunjani kemudian diangkat sebagai asisten Ki Imuratyo. Pendidikan militer ini kemudian diteruskan ke akademi militer Giyugun di Pagaralam, Lahat dengan pangkat tamatan Letnan Dua (Shoi).

Alumni pendidikan Angkatan Darat (Kanbu Kyoyiku tai) Jepang ini merupakan cikal bakal tentara nasional di masing-masing daerahnya. Abunjani sebagai Sudantyo Giyugun dari tahun 1942-1945 yang mempunyai kemampuan bahasa Belanda, Inggris, Jepang sangat berguna dalam kiprahnya di dunia bisnis selepas menanggalkan karir militernya.

Bagi Belanda, Proklamasi yang dikumandangkan pada 17 Agustus 1945 adalah hadiah Jepang karena usaha-usaha yang dilakukan oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) merupakan rangkaian proes yang dipersiapkan bersama Jepang. Selain itu, kemerdekaan Indonesia itu berarti hilangnya penguasaan atas negara jajahan sejak abad XVII.

Berita Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 tersebar di pelosok Indonesia melalui berita-berita radio yang dikirim oleh orang-orang Indonesia yang bekerja di kantor radio dan telegrap Jepang. Dr. A. K. Gani di Palembang mengabarkan via telepon kepada R. Soedarsono di pertambangan minyak Bajubang Jambi pada 18 Agustus 1945. Abdullah Karta Wirana, seorang tokoh pergerakan Jambi yang bekerja sebagai pejabat penting di Jawatan Penerangan Jepang (Hodokan) pada 20 Agustus 1945 menggalang tokoh politik dan pemuda Jambi untuk bersatu dalam sikap memerdekakan Jambi.

Bendera Merah Putih dikibarkan di puncak menara air oleh para pemuda Jambi, antara lain R. Hoesen, Akipo, dan Amin Aini. Sementara itu, Kantor Pengadilan Jepang (dekat RS. Thersia sekarang) beberapa pejuang, seperti Zuraida, Nuraini, Sri Rexeki, Nurlela, dan Nursiah menurunkan bendera Jepang (Hinomaru) dan menggantinya dengan menaikan bendera Merah Putih. Praktis pada 22 Agustus 1945 bendera Merah Putih berkibar di Jambi dan beberapa kota lainnya di Keresidenan Jambi.

Pada tanggal tersebut merupakan awal gerakan kemerdekaan Indonesia di Jambi, yaitu terbentuknya Angkatan Pemuda Indonesia (API) yang diketuai oleh Abunjani. API ini bertugas menjaga ketertiban, keamanan, membela, dan mempertahankan kemerdekaan.

Menindaklanjuti pembentukan Komite Nasional Indonesia (KNI), Badan Keamanan Rakyat (BKR), dan Badan Penolong Keluarga Perang (BPKKP) yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban  umum di Jakarta, pada 25 Agustus 1945 terbentuklah KNI Jambi yang dilantik pada Oktober 1945.

Selain  mengetuai BKR, Abunjani juga ditunjuk mengetuai kelompok pemuda dari KNI. Pada 5 Oktober 1945 BKR diganti namanya menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan komandannya Abunjani yang berpangkat Kolonel. (Lin)

 




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment