Selama Pandemi Covid19 Penjualan Martabak India Melesu

By MS LEMPOW 07 Agu 2021, 17:36:50 WIB USAHA
Selama Pandemi Covid19 Penjualan Martabak India Melesu

Keterangan Gambar : Nizamudin (65) Pemilik Usaha Martabak Al Madinah di pusat Pasar Jambi,


Mediajambi.com - Pemilik Usaha Martabak Al Madinah di pusat Pasar Jambi, Nizamudin (65) mengaku omset penjualan Martabak India buatannya selama pandemi Covid-19 ini menurun. Pembeli tak lagi seramai masa masa sebelum covid.

"Sekarang ini sepi. Sejak enam bulan terakhir ini semakin sepi, jarang yang makan disini, yang beli juga terbatas," katanya ketika Mediajambi.com membeli martabak di tempat di kedainya, Jumat pagi (7/8/2021). 

Martabak Al Madinah ini bukanya hanya di pagi hari, mulai pukul 06.00 hingga pukul 14.00 wib. Kedainya di terletak di pusat pasar Jambi tepatnya di sebuah lorong di samping eks bioskop Mega. Kebanyakan orang datang kesana untuk sarapan pagi, sembari minum kopi. Jumat pagi itu, kedainya terlihat sepi, hanya ada enam orang saja yang tengah makan dan minum kopi. 

Baca Lainnya :

Bangku yang tersedia di kedai yang berada di dalam ruko itu juga terbatas. 

Martabak Al Madinah ini terkenal karena menggunakan telur ayam Arab dan harganya murah hanya Rp 10.000 per piring menggunakan kuah kari daging yang sangat terasa bumbunya.

Menurut Wak Udin, sebelum pandemi, dia bisa menghabiskan 15 kilo tepung terigu dan 150 butir telur ayam setiap harinya. 

"Sekarang ini rata rata 10-12 kilo dan telurnya  90 sampai 100 telur, karena pembelinya sepi," kata mang Udin yang sudah berjualan disana sejak tahun 1975. Menyiasati sepi nya pembeli yang datang, Wak Udin menerima pesanan dan sekaligus mengantarnya. "Kami terima pesanan, minimal 10 bungkus kami antar. Kebanyakan pesanan hari Jumat dari rumah sakit atau kantor untuk sarapan," katanya. 

Di sekitar kedai martabak juga berjejer penjual sarapan lainnya, seperti mie celor, Burgo, nasi gemuk, gado gado dan mie ayam serta kopi. Tidak hanya Wak Udin, pedagang nasi gemuk disana juga mengeluhkan sepinya pembeli. "Ya sekarang yang makan disini, sepi. Jauh berkurang dibanding sebelum pandemi," kata Rusli (55). 

Dengan nada menghibur diri dia mengatakan kondisi itu tidak hanya dia saja yang merasakan. "Pedagang makanan yang lain disini juga mengalami sepi pembeli,bukan saya sendiri," katanya. Nasi gemuk pak Rusli juga terkenal enak dan gurih. Sepiring Rp 15.000 menggunakan daging ayam goreng Suir, telur rebus, ketimun, sambal dan kuah gulai. 

Tukang parkir di kawasan itu mengatakan sepinya pembeli sangat terasa di hari hari biasa. "Kalau hari Sabtu dan Minggu agak ramelah. Adalah yang datang bersama keluarga makan disini tapi lebih banyak yang bungkus," katanya. (Lin)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment