- Temui Menkeu Purbaya, Gubernur Al Haris Sampaikan Keluhan Daerah Terkait Penurunan TKD
- Wabup Katamso Tinjau Lokasi Rencana Pembangunan TPST di Merlung
- Bupati Anwar Sadat Pimpin Rapat Penyusunan RAPBD 2026
- Perkuat Ketahanan Keuangan di Tengah Disrupsi Teknologi dan Pergeseran Lanskap Global
- Peralihan Pengaturan dan Pengawasan Derivatif Keuangan dengan Aset yang Mendasari Berupa Efek dari Bappebti ke OJK
- Gubernur Al Haris Kukuhkan 278 Siswa Baru Angkatan XXXII SMAN Titian Teras H Abdurrahman Sayoeti
- Gubernur Al Haris: Lomba Cerdas Cermat Sarana Edukasi Pembentukan Karakter Generasi Penerus
- Doa Bersama di Masjid At-Taqwa Warnai Peringatan HUT ke - 80 TNI di Korem 042/Gapu
- Wabup Katamso Hadiri Peringatan PRB di Mojokerto
- Wawako Diza Tekankan Pentingnya Peran Baznas : Memberikan Kontribusi Nyata Bagi Penguatan Kesejahteraan Masyarakat
Bulan Juni Kota Jambi Kembali Alami Deflasi, Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau Beri Andil Terbesar

Keterangan Gambar : Bulan Juni Kota Jambi Kembali Alami Deflasi, Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau Beri Andil Terbesar
Mediajambi.com - Melalui Berita Resmi Statistik bulan Juni
2024, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Jambi merilis perkembangan Indeks Harga
Konsumen (IHK) di Kota Jambi.
"Bulan Juni 2024, Kota Jambi mengalami deflasi sebesar
-0,04% atas inflasi month to month (mtm) bulan Mei sebesar 0,29%. Untuk Inflasi
year on year (yoy) bulan Juni 2024 terhadap Mei 2023, tercatat sebesar 2,89%.
Angka ini lebih rendah dibanding inflasi yoy Mei 2024 sebesar 3,22%. Terakhir
Kota Jambi mengalami deflasi pada bulan April lalu," jelas Hendra, Kabag
Perekonomian dan Sumber Daya Alam Setda Kota Jambi, pada Senin (1/7/2024).
Kota Jambi juga mengalami Inflasi Year to Date (YtD) sebesar
1,42% dengan Indeks Harga Konsumen atau IHK Kota Jambi bulan Juni 2024 sebesar
106,62, berbanding IHK bulan Mei tercatat sebesar 106,66.
Kota Jambi berada pada posisi terendah dibanding Muara Bungo
dan Kerinci, yang menjadi daerah IHK lainnya di Provinsi Jambi, bahkan lebih
rendah dibanding Inflasi umum di Provinsi Jambi.
Deflasi tersebut menurut Hendra, diakibatkan oleh beberapa
faktor yang cukup menarik untuk dianalisa.
"Kelompok Makanan, Minuman dan tembakau tetap memberi
andil terbesar pembentuk deflasi bulan Juni, sama seperti bulan sebelumnya.
Namun beberapa kelompok pengeluaran lain cukup menarik disimak, karena
mengalami penurunan konsumsi, sehingga secara tidak langsung mencerminkan pola
konsumsi masyarakat Kota Jambi secara umum pada bulan Juni lalu," beber
Hendra.
Lebih lanjut Hendra sampaikan bahwa kelompok pengeluaran
masyarakat yang mengalami penurunan adalah seperti kelompok pakaian dan alas
kaki menyumbang andil inflasi sebesar -0%, kelompok perumahan, air, listrik,
bahan bakar rumah tangga sebesar -0,02%, kelompok perlengkapan, peralatan dan
pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar -0,01%, kelompok kesehatan sebesar
-0,12%, dan kelompok informasi, komunikasi, jasa keuangan, kelompok rekreasi,
olahraga, dan budaya, serta kelompok pendidikan, seluruhnya masing-masing
memberi andil sebesar 0%.
"Dapat kita katakan bahwa pada bulan Juni, masyarakat
menahan sejumlah pengeluaran rutin dan konsumsi, untuk beberapa faktor
penyebab. Ini bisa disebabkan faktor siklus musiman dan bisa juga faktor
random, akibat beberapa momen yang berdekatan. Seperti Idul Adha dan pada bulan
berikutnya, Juli tahun ajaran baru. Tentu saja masyarakat harus berhemat
sebagai persiapan dan ini mempengaruhi kondisi inflasi secara umum,"
ungkapnya.
Walaupun deflasi, Hendra juga sampaikan bahwa pada Juni
terdapat beberapa komoditas pendorong inflasi.
Seperti cabai merah yang sempat menyentuh angka Rp.80.000
per kilogram diawal bulan dan terus melandai pada angka Rp25.000-Rp.30.000
hingga akhir bulan.
Pempek dan kopi bubuk juga menyumbang andil inflasi, selain
angkutan udara, yang mengindikasikan mobilitas masyarakat pada libur hari besar
keagamaan nasional Idul Adha beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan itu,
Sekretaris TPID Kota Jambi itu juga sampaikan bahwa Pemkot Jambi terus
mewaspadai akan terjadi anomali inflasi pada bulan berikutnya, yang disebabkan
berbagai faktor.
"Tentu saja ke depan kita terus akan memantau dan
mewaspadai adanya anomali yang berbeda pada bulan Juli. Tahun ajaran baru
segera dimulai, berimbas meningkatnya pola konsumsi masyarakat pada beberapa
komoditas. Juga faktor cuaca patut diwaspadai, karena menurut BMKG pada bulan
Juli akan mulai memasuki musim kemarau, berdampak pada produksi tanaman pangan.
Ini harus kita sikapi dan antisipasi dengan baik, dari sisi strategi dan kebijakannya,
agar upaya pengendalian inflasi yang selama ini fokus di atensi oleh Ibu Pj.
Wali Kota, terus dapat kita kendalikan dengan baik," pungkas Hendra. *