Apa Kabar Program Keluarga Berencana di Jambi?

By MS LEMPOW 30 Jun 2021, 08:52:59 WIB DAERAH
Apa Kabar Program Keluarga Berencana di Jambi?

Dari hasil pendataan Survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilaksanakan oleh BPS, diperoleh fakta bahwa tingkat prevalensi kontrasepsi (CPR) dalam kurun waktu 5 tahun terakhir secara nasional mengalami penurunan. Sejalan dengan hal itu, CPR Jambi juga terus mengalami penurunan, dimana di tahun 2015 angkanya sudah mencapai 64,16 persen, dan di tahun2020 turun menjadi 59,26 persen, walaupun angka Jambi tersebut bila dibandingkan dengan nasional masih lebih tinggi. CPR nasional di tahun 2020 berkisar 52,65 persen.

Hari keluarga nasional (Harganas) di tahun 2021 ini merupakan peringatan yang ke-28. Harganas pertama kali diperingati pada tanggal 29 Juni 1993, yang ditandai dengan pencanangan Harganas oleh Bapak Presiden Suharto di Provinsi Lampung. Peringatan hari keluarga merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran seluruh masyarakat Indonesia, betapa pentingnya suatu keluarga. Keluarga memiliki peranan dalam upaya memantapkan ketahanan nasional dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Di dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 dan PP Nomor 21 Tahun 1994, terdapat delapan fungsi yang harus dijalankan suatu keluarga, yaitu : fungsi agama, fungsi social budaya, fungsi cintakasih, fungsi melindungi, fungsi reproduksi, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi dan fungsi pembinaan lingkungan. Agar semua fungsi keluarga tersebut dapat terlaksana dan tercapai dengan baik, maka pembentukan keluarga harus terencana dengan baik, artinya bahwa keluarga yang terbentuk adalah keluarga yang sejahtera, keluarga yang sehat, dan keluarga yang penuh dengan cintakasih.

Baca Lainnya :

Sebenarnya gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera tersebut sudah dilaksanakan sejak lama melalui gerakan Keluarga Berencana (KB). Gerakan KB disini dimaksudkan sebagai usaha meningkatkan partisipasi dan kepedulian masyarakat melalui pembatasan umur pernikahan, pengendalian kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga dalam rangka melembagakan dan membudayakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Program yang paling terkenal dari gerakan KB ini adalah anjuran penggunaan alat kontrasepsi atau lebih dikenal dengan alat KB untuk pengendalian kelahiran.

Sensus Penduduk Tahun 2020 (SP2020) mencatat penduduk Indonesia pada September 2020 sebanyak 270,20 juta jiwa. Untuk penduduk Provinsi Jambi hasil SP2020 sebanyak 3,55 juta jiwa. Dibandingkan dengan hasil sensus sebelumnya, jumlah penduduk Provinsi Jambi terus mengalami peningkatan. Dalam kurun waktu sepuluh tahun sejak tahun 2010, jumlah penduduk Provinsi Jambi mengalami penambahan sekitar 455,96 ribu jiwa atau sebanyak 45,60 ribu setiap tahun dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,34 persen per tahun.

Tingginya jumlah penduduk Indonesia tersebut, merupakan salah satu factor pendorong agar program keluarga berencana tetap harus dilaksanakan dengan baik. Artinya bahwa pertambahan jumlah penduduk yang terjadi sudah merupakan perencanaan yang baik dari sebuah keluarga, dan sudah difikirkan dengan matang pula. Setiap anak yang lahir seyogyanya sudah harus difikirkan bagaimana penghidupannya, pendidikannya, kesehatannya, perekonomiannya,  dan aspek-aspek perikehidupan yang lain. Setiap anak yang tumbuh dan akhirnya dewasa, diharapkan akan menjadi motor, penggerak dan pelaku pembangunan, bukan malah menjadi beban pembangunan apalagi menjadi beban keluarga.

Begitu pula peran di dalam gerakan KB, peran tersebut bukan hanya menjadi tanggungjawab perempuan, akan tetapi suami juga seharusnya memiliki tanggungjawab yang sama dalam pelaksanaan keluarga berencana. Perhatian para suami pada pelaksanaan keluarga berencana terlihat dari alat KB yang digunakan oleh pasangan usia subur. Untuk alat KB yang dapat digunakan oleh laki-laki secara umum ada duamacam yang dapat dipilih, yaitu sterilisasi pria dan kondom pria. Berdasarkan data BPS, di Tahun 2020 angka penggunaan sterilisasi pria dan kondom pria masih sangat rendah, untuk sterilisasi pria angkanya 0,38 persen dan kondom pria sedikit lebih besar yaitu 1 persen. Fakta ini menjelaskan bahwa peran serta pria dalam program keluarga berencana masih sangat kecil.

Rendahnya partisipasi pria dalam program keluarga berencana ini besar kaitannya dengan anggapan kebanyakan masyarakat bahwa urusan KB merupakan tanggungjawab perempuan. Pemakaian alat kontrasepsi kondom dapat mengurangi kenyamanan saat melakukan hubungan suami istri dibandingkan dengan alat kontrasepsi perempuan. Metode sterilisasi pria dianggap akan mengurangi keperkasaan pria. Sedikitnya pilihan alat kontrasepsi yang ada juga menjadi faktor yang menyebabkan pria untuk malas menggunakan alat KB.

Fakta lain juga menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan perempuan, maka partisipasi dalam keluarga berencana juga semakin rendah. Dari data yang dikumpulkan BPS, terlihat bahwa perempuan yang pendidikannya SD kebawah lebih besar partisipasinya dalam Ber-KB dibandingkan dengan perempuan yang berpendidikan lebih tinggi. Persen tase perempuan yang sedangber-KB dengan pendidikan SD kebawah sebesar 39,09 persen, sedangkan perempuan yang menamatkan Perguruan Tinggi yang ikutber-KB hanya 10,60 persen, perempuan yang tamat SLTP 24,28 persendan yang tamat SLTA 26,24 persen.

Semakin kecilnya persentase penggunaan alat KB pada perempuan yang berpendidikan lebih tinggi ini, disinyalir erat kaitannya dengan kondisi ekonomi yang lebih baik. Dengan perekonomian yang baik, orang tua merasa dapat memberikan fasilitas yang memadai untuk kesemua anggota keluarga tanpa lagi memperhatikan jumlah anak yang dilahirkan. Padahal sebenarnya semakin banyak anak, maka porsi perhatian dan kasih sayang orang tua tidak bias maksimal untuk setiap buah hatinya. Hubungan antara penggunaan alat KB dan pendidikan ini perlu dijelaskan melalui tahapan penelitian yang lebih mendalam.

Melihat fenomena-fenomena terkait gambaran dan capaian KB seperti yang disampaikan diatas, maka peran penting pemerintah dalam program keluarga berencana masih sangat besar. Masyarakat mungkin sudah familiar dengan semua macam alat/cara KB yang ada, akan tetapi edukasi tentang alat/cara KB, efek sampingnya, penjelasan atas mitos-mitos tentang alat/cara KB tersebut harus terus dilakukan mengingat partisipasi KB yang semakin menurun. Edukasi juga bahwa program KB bukan hanya terkait dengan alat/cara KB yang digunakanakan tetapi juga terkait dengan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Semoga dengan program KB yang berhasil, akan membawa bangsa kita menuju kemajuan. Salam

 

Penulis :

Nama: Nopriansyah, SST, MSi
Jabatan : Statistisi BPS Provinsi Jambi

 

 




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment