- Cerita Srikandi Perubahan, Dari Lapas kini Buka Lapangan Kerja
- Inflasi Provinsi Jambi 0,32 pada Maret 2025, Andil Terbesar Disumbang Tarif Listrik
- Pemkab Tanjab Barat Menggelar Apel Gabungan Perangkat Daerah Dirangkaikan dengan Halal Bihalal Seluruh Pegawai
- Bupati H. Anwar Sadat Menghadiri Rapat Paripurna Ketiga, Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi DPRD Terhadap LKPJ 2024
- Bupati Tanjung Jabung Barat Memimpin Langsung Rakor Instruksi Presiden RI Terkait Pembentukan Satgas PSN
- Bupati Tanjung Jabung Barat Mengikuti Kegiatan Road To Kajanglako XIII
- Bupati H Anwar Sadat Dilantik sebagai Ketua Majelis Pembimbing Cabang (Kamabicab) Gerakan Pramuka Cabang Tanjung Jabung Barat
- Bupati Tanjung Jabung Barat Menyambut Optimis Peresmian Akatara Gas Processing Facility Milik Jadestone Energy
- Wakil Bupati Tanjung Jabung Barat Menghadiri Musrenbang- RKPD tahun 2026
- Wakil Bupati Tanjung Jabung Barat Pantau Kegiatan Pembersihan Drainase Di Sepanjang Jalan Jenderal Sudirman
Pemanfaatan Panel Surya Atap di Provinsi Jambi Sangat Potensial Dikembangkan

Keterangan Gambar : Pemanfaatan Panel Surya Atap di Provinsi Jambi Sangat Potensial Dikembangkan
Mediajambi.com - Provinsi Jambi berada digaris khatulistiwa
dengan cahaya matahari selama 12 jam. Jika dimanfaatkan secara optimal tentunya akan
menjadi sumber energi terbarukan paling potensial menggantikan fosil seperti
panel surya atap yang telah digunakan beberapa tempat.
Program ini dapat dikembangkan butuh sosalisasi kepada masyarakat.
Pasalnya masyarakat sendiri tidak peduli apakah listrik yang dipakai berasal
dari energi fosil atau energi terbarukan. “Saya pernah tanya kepada masyarakat listrik
yang mereka gunakan berasal dari mana. Tidak ada yang tahu dari mana energi
listrik berasal,” ujar Doni Iskarndar (50) seorang warga yang telah menggunakan
energi surya sebagai sumber listrik di rumahnya kepada Mediajambi.com, beberapa
waktu lalu.
Meski ini dianggap masih terlalu dini, namun Doni
pelan-pelan ingin mencobanya mengedukasi masyarakat mengubah cara pendang mereka
terhadap energi terbarukan. Dengan memberi pandangan bahwa energi fosil yang
berasal dari BBM dan Batubara lambat laun akan habis. “Kita mencoba mengubah
cara pandang mereka, dengan menggunakan panel surya atap dan mengaplikasikan
sebagai sumber energi sepeda listrik,” ujar Doni.
Dia melihat ada beberapa desa yang berada diwilayah
terpencil di Provinsi Jambi yang belum dialiri PLN menggunakan energi surya
dengan panel surya atap. Seperti di Tanjab Timur itu ada desa mandiri energi,
kemudian di Desa Bungku juga ada pemanfaatan panel surya dan dibeberapa tempat
yang pernah dikunjunginya. “Pemanfaatan panel surya ini hanya berada di wilayah
terpencil, setelah masuk aliran listrik dari PLN umumnya masyakat akan beralih
ke PLN,” ujarnya mantan Ketua Bappeda Provinsi Jambi ini.
Selain membantu perekonomian, tujuan lainnya adalah membantu
kemandirian energi Provinsi Jambi dan membantu lebih ramah lingkungan. "Intinya ingin sekali mengedukasi kepada
masyarakat agar paham. Sebab dengan menggunakan energi ini, banyak sekali
keuntungan yang didapatkan," terangnya.
Menurutnya, penggunaan energi terbarukan ini akan memberi
dampak luas kepada masyarakat. Seperti mengurangi dampak rumah kaca yang
menyebabkan terjadinya pemanasan global. Tahun 2020 lalu saat dia menjadi Ketua
Bappeda telah memasang panel surya atap di Kantor Bappeda Provinsi Jambi.
“Tahun 2020 ini, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Provinsi Jambi menginginkan pengurangan dampak pemanasan global
dengan menggunakan energi terbarukan yang merupakan proses alam berkelanjutan,
seperti tenaga surya, tenaga angin, dan panas bumi. Salah satunya berupa panel
surya atap,” ungkapnya.
Bahkan berdasarkan informasi yang dikumpulkan Mediajambi.com
saat ini beberapa kantor telah menggunakan panel surya atap. Seperti Kantor
Dinas ESDM Provinsi Jambi, Kantor Walikota Jambi, Bappeda Provinsi Jambi dan
sejumlah lampu jalan.
Kepala Bidang Energi Dinas ESDM Provinsi Jambi S Pandu
Hartadita mengatakan cadangan energi listrik nasional semakin lama semakin
terbatas. Pembangunan pembangkit listrik berskala besar diperlukan investasi
yang besar pula. Perlu adanya upaya yang strategis untuk membantu memenuhi
penyediaan energi listrik nasional dengan memanfaatkan potensi energi lokal
terutama energi terbarukan. Salah satunya dengan cara mengembangkan Desa
Mandiri Energi.
Salah satu Desa Mandiri Energi adalah desa yang secara
mandiri memanfaatkan sumber energi panel surya untuk memenuhi kebutuhan listrik
masyarakat. Desa Mandiri Energi perlu dikembangkan di desa-desa, karena tidak
semua desa termasuk dalam rencana pengembangan jaringan energi nasional. Belum
tersedianya jaringan energi di desa-desa disebabkan oleh lokasi desa yang sulit
dijangkau. Bentang alam dan kondisi infrastruktur desa yang belum terbangun
dengan baik membuat biaya pembangunan jaringan energi menjadi sangat tinggi dan
tidak layak secara finansial.
Dia mencontohkan Desa Rawasari yang berada di Kabupaten
Tanjung Jabung Timur, merupakan salah satu desa yang menerapkan konsep Desa
Mandiri Energi. “Desa Rawasari ini termasuk desa yang belum terlayani oleh
jaringan listrik PLN,” ujarnya.
Menurutnya PLTS di Desa Rawasari menggantikan penggunaan
genset berbahan bakar minyak untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakatnya.
Manfaat yang dirasakan adalah terjadinya pengurangan konsumsi bahan bakar
minyak secara signifikan. Selain itu penggunaan PLTS lebih ekonomis karena
biaya operasionalnya lebih kecil dari pada menggunakan genset.
Pemanfaatan energi surya di Indonesia perlu didorong secara cepat.
Aturan yang jelas, dukungan terhadap industri produksi komponen PLTS, serta
peningkatan kapasitas untuk menjawab kebutuhan tenaga kerja di bidang energi
surya pun perlu dipersiapkan.
Dikutip dari data Indonesia Solar Energy Outlook (ISEO)
2023, secara kapasitas terpasang PLTS terdapat peningkatan dari 43,9 MWp di
2021 menjadi 63,5 MWp di September 2022. Jumlah ini tergolong kecil, jika
dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, khususnya Vietnam yang bahkan sudah
masuk dalam orde Gigawatt.
Institute for Essential Services Reform (IESR) secara
konsisten mencatat kemajuan dan tantangan dari pengembangan energi surya dalam
kerangka transisi energi pada Indonesia Energy Transition Outlook (IETO). Namun
pada 2023, IESR meluncurkan laporan progress energi surya di Indonesia secara
terpisah dalam Indonesia Solar Energy Outlook (ISEO) 2023. (mas)