- Bappebti Kemendag Alihkan Tugas Pengaturan dan Pengawasan Aset Keuangan Digital termasuk Aset Kripto serta Derivatif Keuangan kepada OJK dan BI
- Jurnalis Mendominasi Juara Turnamen Domino HUT Jambi Ke-68
- KPU Kota Jambi Tetapkan Maulana-Diza Sebagai Pasangan Walikota Terpilih
- KPU Kota Jambi Gelar Rapat Pleno Terbuka, Penetapan Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Terpilih
- Kapolda Jambi Memimpin Upacara Sertijab Dirreskrimum, Dirpamobvit dan Kapolresta
- Kapolda Jambi Silaturahmi bersama Danlanal Palembang
- Hadirkan Spirit DNA R-Series, AEROX ALPHA Beri Dobrakan Desain yang Agresif Ala Motor Super Sport
- Pj Walikota Sampaikan Ucapan Selamat Maulana-Diza Sebagai Walikota dan Wakil Walikota Jambi Hasil Pemilihan Serentak Tahun 2024
- Kapolda Jambi Rotasi dan Mutasi di Jajaran Kepolisian
- Kaleidoskop 2024: 1.042 Km Jalan Tol Trans Sumatera dan Inovasi Digital, Wujudkan Asta Cita
Dana Hibah KONI Yang Seksi
Keterangan Gambar : Endarman Saputra: Kabid Binpres KONI Provinsi Jambi, 2018 – 2020. Dosen Olahraga, Universitas Jambi. Saat ini sedang menempuh pendidikan Doktor di University of Lyon, Prancis
MediajambiNews.com - Mengutip dari salah satu media online pada tanggal 3 Oktober 2022, bahwa “Pemerintah Provinsi Jambi dalam renstra Dispora menetapkan target Jambi berada di 10 besar PON 2024 Aceh-Sumut”. Namun timbul pertanyaan, apakah target 10 besar dibuat bersama-sama antara pemerintah, KONI dan cabor? Apakah target ini sudah realistis? Pertanyaan berikutnya, bagaimana strategi pencapaiannya jika dana yang rencananya akan diberikan oleh pemerintah hanya sebesar 7,5 miliar rupiah. Sedangkan cabang olahraga yang akan mengikuti kualifikasi agar lolos PON 2024 ada kurang lebih 47.
Belum lagi gonjang ganjing, saling lempar “bola” antara eksekutif dan legislatif yang saling mengklaim bahwa sebaiknya dana pembinaan olahraga dikelola oleh Diskepora ataupun sebaliknya. Kalau melihat dari pengalaman pengurus KONI sebelumnya, bisa dikatakan ini hanya retorika. Lihat saja bagaimana dulu pada tahun 2019, begitu “ngotot” nya pemerintah ingin mengelola dana untuk persiapan dan keberangkatan PORWIL X di Bengkulu. Seolah-olah pemerintah tidak rela dana dihibahkan ke KONI dengan berbagai alasan.
Dalam membina olahraga dibutuhkan ketenangan, rasa aman dan nyaman supaya roda organisasi dapat berjalan dengan baik sehingga pengurus dapat bekerja secara optimal dan target-target dapat tercapai dengan baik. Pasti semua pengurus KONI bertekad ingin meningkatkan kualitas pembinaan olahraga. Namun hal ini tidak akan terlepas dari support pendanaan dari pemerintah daerah. Dan para petinggi-petinggi juga harus memikirkan, jika keadaannya kurang atau bahkan tidak kondusif, maka yang menjadi korban adalah atlet, yang bermuara kepada prestasi olahraga Jambi
Kejurnas dan / Pra PON 2023 adalah entry point untuk bisa berprestasi di PON 2024 Aceh – Sumut. Kejurnas dan / Pra PON 2023 adalah titik krusial pembinaan prestasi. Pada tahun 2023, semua harus telah dipersiapkan dengan matang, saya pernah mengusulkan pada tulisan saya sebelumnya bahwa awal tahun 2023 sudah harus diadakan training camp (TC) untuk masing-masing cabor. Karena kalau tidak, akan sangat kecil kemungkinan untuk berprestasi di PON nantinya, mengingat persaingan dengan provinsi lain semakin ketat.
- Minta Pembangunan Sport Center Ditunda, Evi Suherman: Jangan Berfoya-foya, Masyarakat Susah0
- Rakerpov KONI Provinsi Jambi 2022 Digelar Pekan Depan, Ini Agenda yang Akan Dibahas0
- Bamsoet Dukung 4 Even Kejurnas Balap Motor di Suwarnadwipa Nusantara Circuit Jambi0
- Wagub Abdullah Sani Buka Kejuaraan Bola Voli se Provinsi Jambi 0
- Asa Mencetak Juara Melalui Momentum HAORNAS0
Seyogyanya, jika ingin mencapai target, mestinya anggaran yang cukup adalah tidak kurang dari 20 miliar rupiah seperti yang pernah disampaikan oleh gubernur Jambi beberapa waktu yang lalu. Kalau saja rencana pemerintah akan memberikan dana sebesar 7,5 miliar ternyata benar, maka, saya rasa target yang telah ditetapkan tersebut sebaiknya direvisi karena tidak masuk akal.
Namun bagaimanapun, saya yakin dan percaya bahwa jumlah dana yang dianggarkan untuk pembinaan prestasi olahraga Provinsi Jambi telah melalui pertimbangan – pertimbangan yang matang, dianggap cukup dan layak untuk tahun 2023. Kita meyakini bahwa olahraga bukanlah prioritas utama dalam pembangunan provinsi Jambi yang telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), sehingga kita sebagai praktisi olahraga juga tidak bisa menuntut terlalu banyak.
Meskipun, dari sudut pandang praktisi olahraga, tentu saja ini tidak rasional jika target yang akan dicapai adalah peringkat 10 besar. Tentu saja kita harus rasional dalam menyikapi pembinaan prestasi olahraga. Karena prestasi olahraga itu sebanding dengan tersedianya anggaran. Pada tulisan saya yang terdahulu di Media Jambi tanggal 16 Oktober 2021, saya telah memaparkan dampak positif jika dana hibah sebaiknya diberikan keleluasaan kepada KONI untuk mengelolanya.
Dalam mengatasi keterbatasan anggaran, mungkin KONI bersama cabor dapat mengupayakan dukungan dari sumber lain atau stakeholders yang peduli terhadap pembinaan prestasi olahraga. Seperti dukungan dari masyarakat dan pihak swasta. Walaupun, diakui tidak mudah untuk meminta dukungan pihak ketiga. Kalau tidak salah menjelang keberangkatan tim PON Jambi pada tahun 2016, KONI pernah menggalang dana dari masyarakat dan swasta untuk mendukung atlet-atlet Jambi yang berlaga di PON XIX / 2016 Jawa Barat. Dan cukup berhasil pada waktu itu.
Lalu, bagaimana sebaiknya KONI dan cabor terutama atlet dan pelatih dalam menyikapi permasalahan ini? Untuk KONI tetaplah konsisten sebagai organisasi yang membantu pemerintah dalam membina olahraga prestasi di daerah dan berada paling depan dalam membela terutama hak-hak atlet dan pelatih. Mengusahakan dan memastikan atlet tetap kontinu latihan, dan memotivasi mereka dengan berbagai cara meskipun terkendala anggaran. Karena sejatinya KONI adalah organisasi non profit, dimana para pengurusnya bisa disebutkan sebagai “social workers” yang bertujuan untuk membantu meningkatkan prestasi olahraga didaerahnya, serta membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan cabor, atlet dan pelatih.
Untuk atlet dan pelatih, dalam keadaan yang penuh dengan keterbatasan, terutama perlengkapan latihan dan bertanding, sarana dan prasarana, uang saku dan tambahan suplemen, dalam tahun yang akan datang sepertinya akan sulit dipenuhi secara optimal, namun harus tetap berlatih meningkatkan kemampuan dan ketrampilan. Bagaimanapun olahraga amatir sebenarnya didasari atas kecintaan dan hobby dan senang melakukannya, bukan semata-mata karena uang. Walaupun nantinya, atlet-atlet yang berprestasi pasti akan mendapatkan hadiah dan bonus dari pemerintah yang tidak sedikit. (***)