- Kemenag Usul Penurunan Biaya Haji Jadi Rp 89,66 Juta, Jamaah Hanya Bayar Rp 55,5 Juta
- Pj Walikota Jambi Sampaikan Ucapan Selamat Ulang Tahun Ke-68 Provinsi Jambi : Sinergi dan Kolaborasi Pembangunan Kota Jambi Untuk Provinsi Jambi
- Hadiri Pembukaan Gubernur Cup 2025, Pj Walikota Beri Dukungan Penuh Kesebelasan Kota Jambi
- Yamaha Aerox Alpha Sudah Ready Di Dealer- Dealer Yamaha Jambi
- Enam dari Delapan Pelaku Perundungan yang Viral di Sungai Penuh Diamankan Polisi
- Hutama Karya Catat 2,2 Juta Kendaraan Melintas di Jalan Tol Trans Sumatera, Selama Libur Nataru 2024/2025
- Hutama Karya Catat 2,2 Juta Kendaraan Melintas di Jalan Tol Trans Sumatera, Selama Libur Nataru 2024/2025
- Sri Purwaningsih Bawa Kota Jambi Terus Melesat, Raih 120 Penghargaan Bergengsi Sepanjang 2024
- Liburan Natal dan Tahun Baru 2025,Trafik Data XL Axiata Naik 19%
- Tim SAR Cari 1 ABK Pompong yang Terbalik dihantam Ombak di Perairan Tengah Pangkal Duri Kabupaten Tanjabar
Dorong Kesejahteraan Ayam dan Itik Petelur: Animal Friends Jogja Gelar Diskusi Terpumpun
Keterangan Gambar : Dorong Kesejahteraan Ayam dan Itik Petelur: Animal Friends Jogja Menginisiasi Diskusi Terpumpun dengan Pemerintah Pusat dan Daerah/f-dok
Mediajambi.com - Kementerian Pertanian, BAPPENAS, dan
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sepakat bahwa kesejahteraan ayam
dan itik petelur adalah isu penting yang harus didorong bersama oleh berbagai
pihak. Hal ini terangkum dalam diskusi terpumpun yang diselenggarakan Animal
Friends Jogja (AFJ) di Grhatama Pustaka Yogyakarta, pada hari Senin 11 Desember
2023.
Diskusi terpumpun
yang dibuka oleh Ir. Sugeng Purwanto dari Bidang Pemberdayaan Masyarakat
ini mempertemukan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dengan menghadirkan
tiga narasumber terkait dari pemerintah pusat yaitu, drh. Pujo Setio, M.Si.
sebagai Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Peternakan dan Perikanan di
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, drh. Hastho Yulianto, M.M.,
sebagai Koordinator Kesrawan di Kementerian Pertanian, serta Jarot Indarto,
sebagai Direktur Pangan dan Pertanian di BAPPENAS. Diskusi ini menghadirkan
pula narasumber dari pemerintah daerah Edy Suryanta, S.Pt. dari Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian Kabupaten Bantul dan Ir. Sri Haryatini, S.Pt. MM. IPM.
dari Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Sleman.
Mengusung tema “Peternakan Ayam dan Itik Petelur Sejahtera:
Menyongsong Masa Depan Peternakan di Indonesia”, kegiatan ini merupakan bagian
dari upaya advokasi kebijakan yang dilakukan AFJ, terutama untuk transformasi kebijakan di Indonesia
yang lebih mengedepankan kesejahteraan ayam dan itik petelur melalui penerapan
sistem peternakan yang sesuai dengan standar kesejahteraan hewan.
drh. Hastho Yulianto, M.M., dari Kementerian Pertanian
memaparkan bahwa penerapan kesejahteraan hewan dapat dilihat dari standar
publik dan standar swasta. “Perlu harmonisasi untuk penerapan standar,” ungkap
drh. Hastho. “Jika dibandingkan, standar swasta tak bisa menggantikan standar
publik, tapi bisa memfasilitasi dan menciptakan perluasan pasar dan penerapan
yang intensif,” lanjutnya.
Terdapat beberapa aspek penting untuk memastikan
kesejahteraan hewan yang diternakkan, khususnya ayam dan itik petelur di
Indonesia, seperti regulasi yang ketat mengenai manajemen kesehatan serta
perlakuan yang etis terhadap hewan, penyediaan infrastruktur yang memadai untuk
pengawasan dan penanganan penyakit hewan, serta adanya kepastian kepatuhan
terhadap regulasi tersebut.
“Adanya regulasi
peraturan yang jelas mampu menetapkan standar penting mengenai bagaimana hewan
yang diternakkan harus diperlakukan, membentuk sikap dan perilaku, serta
memberikan pesan yang jelas kepada masyarakat,” ungkap Elly Mangunsong, salah
satu pendiri AFJ. “Mengabadikan kesadaran dalam regulasi atau kebijakan dapat
membawa suatu negara selangkah lebih dekat untuk memastikan bahwa hewan bisa
mendapatkan kehidupan yang layak mereka dapatkan,” lanjutnya.
Dalam sesi kedua, Elly Mangunsong memaparkan pula inisiasi
Cage-Free District sebagai salah satu penerapan good practice dalam
kesejahteraan ayam petelur di dunia bisnis. Cage-Free District merupakan sebuah
kampanye nirlaba yang mengajak kawasan bisnis di Indonesia seperti restoran,
kafe, hotel, dan lain-lainnya, untuk menjadi kawasan yang lebih ramah dan
peduli terhadap kesejahteraan hewan yang diternakkan dalam rantai pasok bisnis.
Sementara itu, Edy Suryanta, S.Pt dari Kepala Bidang
Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Bantul mengatakan, “Saat ini masih
banyak penerapan unit usaha produk hewan yang terkendala fasilitas atau
infrastruktur, sehingga penerapan kesejahteraan hewan juga memerlukan fasilitas
yang memadai.”
Sebagai bagian dari perayaan Hak Asasi Hewan Internasional
yang jatuh setiap tanggal 10 Desember, kegiatan ini juga berfungsi sebagai
pengingat bahwa hewan yang diternakkan adalah makhluk yang berperasaan, yang
mampu merasakan sakit dan penderitaan, tetapi juga mampu merasakan keadaan
positif seperti kesenangan dan kegembiraan. Mengakomodasi perilaku alami hewan
yang diternakkan dalam regulasi dan peraturan negara menunjukkan bahwa suatu
negara menghargai nilai intrinsik dan kesejahteraan hewan.
Dalam diskusi ini, tercapai lima poin kesimpulan, yang
dibacakan dalam forum dan selanjutnya diserahkan pula pada BAPPEDA untuk masuk
ke dalam usulan RPJPD 2025-2045. Lima poin tersebut meliputi:
1. Diperlukan standar regulasi untuk membangun
peningkatan kualitas kesejahteraan hewan beserta strategi implementasinya
dengan standar yang lebih tinggi sebagai langkah yang strategis.
2. Penyusunan rencana strategis (Renstra)
kesejahteraan hewan melalui RPJMN, RPJPN, dan RPJPD.
3. Kolaborasi dengan pihak terkait.
4. Dibutuhkan penelitian dan inovasi yang
dilakukan oleh lembaga penelitian dan pendidikan tinggi.
5. Pengembangan program sosialisasi, pendidikan
(edukasi) dan pelatihan.
Setelah adanya standar regulasi yang komprehensif untuk
memajukan kualitas kesejahteraan hewan, khususnya dalam konteks peternakan ayam
dan itik petelur, implementasinya dapat diwujudkan melalui langkah-langkah
strategis. Dalam prosesnya pun diperlukan kolaborasi erat antara pemerintah,
industri, LSM, serta lembaga pendidikan yang didukung oleh forum komunikasi dan
informasi publik.(***)