- Road to CMSE 2025 Dimulai: Sinergi dan Kolaborasi Dukung Pertumbuhan Pasar Modal Indonesia
- Wamen Resmikan Proyek Fasilitas Gas Akatara Di Jambi
- Gubernur Al Haris: Jambi Miliki Sumber Daya Alam yang Sangat Luar Biasa
- Wagub Sani Minta Kepala OPD Berkomitmen dan Bertanggung Jawab Meningkatkan Kualitas SAKIP
- Wagub Sani: KORMI Wadah Penggerak Olahraga Masyarakat Berbasis Budaya, Kebugaran dan Kearifan Lokal
- Gelar Musrenbang RKPD Tahun 2026, Pemprov Jambi Launching Quick Wins Pro Jambi
- Gubernur Al Haris: Judi Online Merusak Mental dan Masa Depan Anak Bangsa
- Sekda Sudirman: TP2DD Motor Penggerak Integrasi Kebijakan dan Implementasi Teknis Lapangan
- Kawasan Pasar Akan Dinobatkan Sebagai Kota Tua Jambi
- Kapolda Jambi Silaturahmi Dengan Para Tokoh Agama Katolik
Indonesia Peringkat ke-7 dalam Laporan Benchmark Bebas Sangkar (Cage-Free) Asia

Keterangan Gambar : Indonesia Peringkat ke-7 dalam Laporan Benchmark Bebas Sangkar (Cage-Free) Asia
Mediajambi.com —Animal Friends Jogja (AFJ) dan Act For
Farmed Animals (AFFA) bersama Open Wing Alliance (OWA), koalisi global dari 100
organisasi yang mencakup 72 negara di enam benua, mengumumkan peluncuran
Laporan Benchmark Bebas Sangkar (Cage-Free) pertama di Asia. Di tengah
meningkatnya kekhawatiran konsumen akan isu kesejahteraan hewan dan peningkatan
komitmen dari perusahaan-perusahaan untuk menggunakan telur bebas sangkar,
Benchmark ini merupakan seruan kepada pemerintah di Asia agar terlibat lebih
dalam. Laporan perdana ini menilai kemajuan pemerintah di Asia dalam mendukung
peralihan industri peternakan menuju sistem bebas sangkar.
Tujuh belas negara di Asia Timur, Asia Selatan dan Asia
Barat, serta Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru (SEAANZ) dievaluasi
berdasarkan tiga pilar utama yaitu, Mengakhiri Kandang (Sekat/Baterai),
Kerangka Kebijakan, dan Standar Kesejahteraan dengan skor maksimum 140 poin.
Selandia Baru menempati peringkat pertama dalam Benchmark
dengan skor 86 poin, mencetak skor tertinggi dalam dua dari tiga pilar.
Sebaliknya, Bangladesh, Malaysia, dan Vietnam menempati peringkat terendah
dalam Benchmark dengan skor 4 poin.
Sedangkan Indonesia sendiri masuk ke dalam peringkat tujuh
dengan skor sebanyak 21 poin. Pemerintah Indonesia pernah menerbitkan Pedoman
Kesejahteraan Hewan untuk Peternakan Ayam
Petelur pada tahun 2023 yang ditujukan khusus untuk
peternakan ayam petelur bebas sangkar.
Walaupun begitu, Indonesia belum memenuhi standar semua
pilar di Benchmark, terutama Mengakhiri Kandang (Sekat/Baterai), karena belum
ada peraturan dan sanksi khusus mengenai larangan atau penghapusan bertahap
penggunaan sistem kandang baterai hingga saat ini.
Benchmark memberikan gambaran penting tentang progres yang
ada saat ini, serta diharapkan mampu membantu pemerintah dalam menerapkan
kebijakan yang lebih efektif. Hal ini akan mempercepat transisi ke peternakan
bebas sangkar untuk memberi keuntungan bagi manusia dan hewan di seluruh Asia.
"Sangat penting bagi pemerintah di Asia, khususnya Indonesia, untuk secara
aktif mendukung transisi menuju peternakan bebas sangkar
untuk memastikan transisi yang lancar bagi konsumen dan pemangku kepentingan
industri. Kami harap pemerintah Indonesia dapat menyempurnakan seluruh kriteria
di pilar-pilar yang belum terpenuhi dengan memberikan kejelasan regulasi, agar
industri dapat bergerak menuju standar kesejahteraan hewan yang lebih
tinggi," ungkap Herdiana Putri Ayuningtyas, staff Advokasi Pemerintah
untuk Program Farmed Animals AFJ.
Sebuah studi pada tahun 2022, menemukan rata-rata 86%
konsumen di delapan negara di Asia Pasifik menyatakan kekhawatiran yang
signifikan terhadap kesejahteraan hewan yang diternakkan. Selain itu,
perusahaan-perusahaan terkemuka, mulai dari pemimpin merek global seperti
Nestlé, Unilever, Burger King, KFC, dan Marriott, hingga perusahaan yang
berasal dari Asia, seperti Minor Foods dan Jollibee Foods Corporation, telah
berkomitmen untuk menghapuskan kandang baterai dalam rantai pasok telur mereka.
Mengapa Asia Perlu Meninggalkan Sistem Kandang Baterai?
"Sekitar 63% dari populasi ayam petelur komersial di
dunia,1 setara dengan lebih dari tiga miliar individu unggas, berada di
Asia," kata Dhiani Probhosiwi, Manajer Kampanye untuk Program Farmed Animals
AFJ. "Sayangnya, diperkirakan sebanyak 90% ayam petelur di Asia
menghabiskan seluruh hidupnya terperangkap dalam sangkar sempit terbuat dari
besi atau bambu, sehingga ayam-ayam tidak dapat memenuhi insting paling dasar
mereka," lanjut Dhiani.
Ayam yang hidup dalam kandang baterai tidak dapat
mengekspresikan kebutuhan dasarnya, termasuk membersihkan dan merapikan bulu
(preening), mandi debu, bertengger, bersarang, eksplorasi makanan, atau bahkan
untuk sekadar merentangkan sayap sepenuhnya. Sebuah tinjauan komprehensif dari
Otoritas Keamanan Pangan Eropa dengan jelas mengatakan bahwa "kandang [baterai]
tidak seharusnya digunakan."
Industri peternakan juga memunculkan kekhawatiran terkait
kesehatan masyarakat. Peternakan hewan menyumbang sekitar 70% dari penggunaan
antibiotik global yang memperparah risiko resistensi antimikroba. Konsumsi ini
diperkirakan akan meningkat sebesar 67% pada tahun 2030. PBB bersama berbagai
organisasi internasional telah mengakui peran krusial dari upaya global untuk kesehatan
hewan dalam mencegah potensi krisis kesehatan masyarakat global di masa depan.
Benchmark ini diharapkan mampu membuka jalan untuk
peningkatan kerja sama antara negara-negara
di Asia dan wilayah-wilayah yang telah mengesahkan kebijakan bebas sangkar. (****)