- Kaleidoskop 2024: 1.042 Km Jalan Tol Trans Sumatera dan Inovasi Digital, Wujudkan Asta Cita
- Tak Ada Kejelasan Bisnis, Dewan Minta BUMD Siginjai Sakti Lebih Baik Dibubarkan
- Pelaku Pencabulan Anak di Kerinci Berhasil Diciduk Polisi
- Kasus Pengerusakan TPS di Sungai Penuh, Ahmadi Zubir Mangkir dari Panggilan Penyidik Ditreskrimum Polda Jambi
- Dorong Pertumbuhan Perbankan OJK Terbitkan Aturan Perluasan Kegiatan Usaha
- SKK Migas - KKKS Jindi South Jambi Beri Hadiah Penemuan Hidrokarbon di Awal Tahun 2025
- Kemenag Usul Penurunan Biaya Haji Jadi Rp 89,66 Juta, Jamaah Hanya Bayar Rp 55,5 Juta
- Pj Walikota Jambi Sampaikan Ucapan Selamat Ulang Tahun Ke-68 Provinsi Jambi : Sinergi dan Kolaborasi Pembangunan Kota Jambi Untuk Provinsi Jambi
- Hadiri Pembukaan Gubernur Cup 2025, Pj Walikota Beri Dukungan Penuh Kesebelasan Kota Jambi
- Yamaha Aerox Alpha Sudah Ready Di Dealer- Dealer Yamaha Jambi
Membendung Penurunan Ekspor Karet Jambi
Keterangan Gambar : Eviyana Atmanegara, SST, M.Stat, Statistisi Ahli Muda BPS Provinsi Jambi/f-mas
Mediajambi.com - Ekspor impor merupakan kegiatan perdagangan luar negeri yang mempengaruhi perekonomian suatu negara. Saat ini, perdagangan luar negeri semakin tinggi dengan dibukanya era perdagangan bebas. Persaingan antar negara menjadi semakin ketat. Tiap negara berlomba-lomba untuk meningkatkan volume, nilai, dan daya saing produk yang dihasilkannya.
Dilihat dari perkembangan ekspor Indonesia, produk ekspor didominasi oleh ekspor nonmigas. Selama lima tahun terakhir, peranan ekspor nonmigas Indonesia berada pada kisaran angka 80 persen hingga 90 persen. Pada tahun 2021, ekspor nonmigas Indonesia senilai US$ 219,4 miliar. Sedangkan ekspor migas adalah senilai US$ 12,2 miliar. Kondisi ini berbeda dengan Jambi, produk ekspor Jambi didominasi oleh ekspor migas. Sektor pertambangan mendominasi hingga hampir 60 persen.
Peranan ekspor nonmigas di Provinsi Jambi didominasi oleh kelompok komoditi industri. Nilai ekspornya sepanjang 2022 telah mencapai US$ 821 juta. Kontribusinya mencapai 32,65 persen dari total ekspor asal Jambi.
Dalam kelompok komoditi industri, pemain intinya adalah komoditi karet dan olahannya. Karet memberikan peranan yang paling tinggi dibanding komoditi lainnya (16,05 persen). Diikuti oleh minyak nabati dan kayu lapis & olahan yang masing-masing berkontribusi 14,03 persen dan 1,44 persen.
- Waw !!! Harga Cabe Merah di Kota Jambi Naik 26 Ribu Per kilo0
- Tiga Candi di Kawasan Wisata Candi Muaro Jambi Ditutup Selama Libur Natal dan Tahun Baru0
- Kampung Legok Juara Pertama Kampung Mantap Lingkungan Hidup0
- Presiden Resmikan Revitalisasi Stasiun Manggarai Tahap 10
- Satu Lagi Pekerja PetroChina International Jabung Meninggal Dunia0
Sebagai komoditi yang memberikan kontribusi cukup tinggi dalam perdagangan luar negeri Provinsi Jambi, karet dan olahannya selayaknya menjadi komoditi yang terus diperhatikan oleh pemerintah. Kuantitas dan kualitas karet yang diekspor harus selalu ditingkatkan. Namun, berdasarkan data statistik perdagangan luar negeri Provinsi Jambi tercatat bahwa kenaikan nilai ekspor karet yang tinggi pada tahun 2017 tidak bertahan lama. Tahun 2018 hingga 2020 nilai ekspor karet kian menurun. Tahun 2021 ekspor karet mulai mengembalikan kejayaannya. Nilai ekspor meningkat hingga 25 persen. Lagi-lagi peningkatan ini belum mampu bertahan lama. Pada periode 2022, hingga oktober lalu nilai ekspornya terpantau turun hampir 2 persen. Hasil prediksi dengan metode time series memperkirakan ekpor karet tahun depan masih akan menurun, sekitar 5 persen.
Penurunan nilai ekspor karet tidak terlepas dari peliknya masalah di sektor perkebunan karet. Bila kita teropong lebih dalam, masih banyak permasalahan yang harus ditanggung oleh petani karet. Permasalahan utama yang dihadapi perkebunan karet rakyat adalah rendahnya produktivitas karet. Bagaimana tidak, petani karet terkendala keterbatasan modal. Mereka tidak mampu membeli bibit unggul dan sarana produksi lain seperti pupuk dan herbisida. Sehingga mutu karet yang dihasilkan tidak optimal. Ketersediaan sarana produksi pertanian di tingkat petani juga masih terbatas. Belum lagi tingginya proporsi areal tanaman karet tua, yang produksinya sudah terseok-seok.
Di sisi lain, hempasan gejolak anjloknya harga karet membuat petani karet terpuruk makin dalam. Harga karet tidak stabil. Petani memiliki daya tawar yang rendah pada faktor harga, harga ditentukan oleh pabrik/pedagang pengumpul. Selain itu, hubungan bisnis antara petani dengan pedagang pengumpul dibayang-bayangi hutang petani karet kepada mereka. Hal ini makin menyudutkan posisi petani karet, makin tak memiliki daya tawar harga. Belum efisiennya sistem pemasaran bahan olah karet ini juga menjadi kendala.
Perlu ada strategi yang tepat sehingga produksi karet dapat meningkat. Yang berujung pada nilai ekspor karet yang meningkat pula. Bantuan bibit unggul, pupuk, dan herbisida sangat diharapkan petani. Dengan penggunaan benih bersertifikat, pupuk yang memadai, ditambah herbisida diharapkan dapat meningkatkan produksi karet. Selain itu, pembinaan dan bimbingan teknis terhadap petani karet harus diselenggarakan secara periodik. Pengetahuan petani karet dapat ter-update. Mutu karet yang dihasilkan lebih berkualitas. Unit Pengelolaan dan Pemasaran Bokar (UPPB) yang telah dibentuk dapat memperpendek rantai pemasaran, sehingga harga yang diterima petani karet lebih tinggi. Kebedaraan dan peran UPPB yang dapat menjangkau petani karet di lokasi sulit sangat diharapkan. Kolaborasi yang apik antara pemerintah, pihak pabrik karet, pedagang pengumpul, dan petani sangat penting. Agar permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani dapat diminimalisir. Hasil produksi bisa maksimal, baik kuantitas maupun kualitasnya. Kesejahteraan merekapun dapat meningkat.(***)