- Kemenag Usul Penurunan Biaya Haji Jadi Rp 89,66 Juta, Jamaah Hanya Bayar Rp 55,5 Juta
- Pj Walikota Jambi Sampaikan Ucapan Selamat Ulang Tahun Ke-68 Provinsi Jambi : Sinergi dan Kolaborasi Pembangunan Kota Jambi Untuk Provinsi Jambi
- Hadiri Pembukaan Gubernur Cup 2025, Pj Walikota Beri Dukungan Penuh Kesebelasan Kota Jambi
- Yamaha Aerox Alpha Sudah Ready Di Dealer- Dealer Yamaha Jambi
- Enam dari Delapan Pelaku Perundungan yang Viral di Sungai Penuh Diamankan Polisi
- Hutama Karya Catat 2,2 Juta Kendaraan Melintas di Jalan Tol Trans Sumatera, Selama Libur Nataru 2024/2025
- Hutama Karya Catat 2,2 Juta Kendaraan Melintas di Jalan Tol Trans Sumatera, Selama Libur Nataru 2024/2025
- Sri Purwaningsih Bawa Kota Jambi Terus Melesat, Raih 120 Penghargaan Bergengsi Sepanjang 2024
- Liburan Natal dan Tahun Baru 2025,Trafik Data XL Axiata Naik 19%
- Tim SAR Cari 1 ABK Pompong yang Terbalik dihantam Ombak di Perairan Tengah Pangkal Duri Kabupaten Tanjabar
Peringati Hari Ibu, Animal Friends Jogja Turun ke Jalan Suarakan Kesejahteraan Ayam Petelur
Keterangan Gambar : Peringati Hari Ibu, Animal Friends Jogja Turun ke Jalan Suarakan Kesejahteraan Ayam Petelur /f-dok mj
Mediajambi.com - Sejumlah aktivis yang
tergabung dalam organisasi perlindungan satwa Animal Friends Jogja (AFJ)
terlihat berdiri berjajar di depan eks Gedung Bioskop Permata, Jalan Sultan
Agung, Yogyakarta. Mereka mengenakan topeng ayam dan membawa poster yang
memperlihatkan sosok ayam petelur di dalam kandang baterai. Seorang aktivis
mengenakan kostum ayam dan terlihat meringkuk di dalam kandang besi, dan
sejumlah aktivis lainnya membagikan selebaran mengenai sumber telur konsumsi
kepada para pengguna jalan. Aksi ini mengangkat ayam petelur, khususnya yang
berada dalam kandang baterai, sebagai individu yang layak mendapat perhatian
dalam momen Hari Ibu yang jatuh pada hari Jumat (22/12/2023) lalu.
“Momen Hari Ibu ini merupakan saat yang tepat
untuk menyuarakan berbagai isu perempuan, tak terkecuali hewan-hewan betina,
yang saat ini tengah mengalami berbagai penderitaan, misalnya ayam petelur di
dalam kandang baterai,” ungkap Dhiani Probhosiwi, Manajer Kampanye untuk Farmed
Animals Advocacy Program AFJ. “Mereka adalah individu dengan perasaan yang
kompleks, tapi sayangnya kerap kali dipandang tak lebih dari sekadar mesin
produksi,” lanjutnya.
Setiap tahunnya, satu individu ayam petelur
memproduksi lebih dari 300 butir telur. Angka ini tiga kali lebih besar dari
jumlah telur yang diproduksi oleh ayam pada tahun 1920. Bahkan, ayam hutan
merah (Gallus gallus)—nenek moyang dari ayam yang terdomestikasi hingga saat
ini—hanya memproduksi 10-15 butir saja setiap tahunnya.
Osteoporosis merupakan konsekuensi yang harus
dihadapi oleh ayam-ayam petelur karena penipisan kalsium pada tulang akibat
tingginya produksi telur dan terbatasnya ruang gerak dalam kandang baterai.
Osteoporosis ini dapat menyebabkan patah tulang, bahkan suatu kondisi yang
menyebabkan ayam menjadi sangat lemah hingga akhirnya lumpuh. Tak hanya itu,
ketidakmampuan ayam petelur dalam kandang baterai untuk mengekspresikan
berbagai naluri alaminya, seperti mengais, bertengger, bersarang, eksplorasi
makanan, preening, atau sekadar merentangkan sayap secara penuh, dapat
menyebabkan level stres dan frustrasi yang tinggi.
Sumber Telur Konsumsi di Indonesia
Isu kesejahteraan hewan masih merupakan hal
yang belum mendapat perhatian besar di Indonesia, termasuk isu ayam petelur di
dalam kandang baterai. Walaupun telur menjadi salah satu sumber protein
hewani yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, penyadartahuan mengenai dari mana telur yang masyarakat konsumsi berasal, masih perlu ditingkatkan. Pasalnya, sekitar 80% ayam petelur yang digunakan dalam industri pangan di Indonesia masih hidup dalam sistem kerangkeng kandang baterai yang sempit dan kotor.
“Kami berharap, dengan mengangkat isu seputar
kesejahteraan hewan dalam momen-momen penting, seperti Hari Ibu ini, dapat
menumbuhkan rasa keingintahuan dari masyarakat mengenai sumber konsumsi mereka,
termasuk telur,” kata Dhiani. “Sehingga, nantinya, dapat tercipta demand dari
masyarakat terhadap produk-produk pangan yang lebih memperhatikan faktor
kesejahteraan hewan dan mengedepankan welas asih,” lanjutnya.(****)