- Hutama Karya Catat 2,2 Juta Kendaraan Melintas di Jalan Tol Trans Sumatera, Selama Libur Nataru 2024/2025
- Hutama Karya Catat 2,2 Juta Kendaraan Melintas di Jalan Tol Trans Sumatera, Selama Libur Nataru 2024/2025
- Sri Purwaningsih Bawa Kota Jambi Terus Melesat, Raih 120 Penghargaan Bergengsi Sepanjang 2024
- Liburan Natal dan Tahun Baru 2025,Trafik Data XL Axiata Naik 19%
- Tim SAR Cari 1 ABK Pompong yang Terbalik dihantam Ombak di Perairan Tengah Pangkal Duri Kabupaten Tanjabar
- Sat Binmas Bersama Personil Sat Reskrim Polresta Jambi Gelar TPPA dan TPPO di Kantor Lurah Tambaksari
- IPC TPK dan PTP Non Petikemas Cabang Jambi Apresiasi Pelanggan Melalui Pelepasan Kapal Terakhir 2024 dan Penyambutan Kapal Pertama 2025
- Tim Gabungan Polres dan Kodim Bungo Tertibkan PETI Gunakan Alat Berat
- Gubernur Al Haris: Stadion Swarnabhumi Jadi Pusat Pengembangan Sepak Bola Jambi
- Kapolda Jambi Rusdi Hartono Pimpin Upacara Peringati Hari Jadi Provinsi Jambi ke-68
Petani Desa Sungai Penoban Pulihkan 475 Hektar Hutan Sosial
Keterangan Gambar : Petani Desa Sungai Penoban Pulihkan 475 Hektar Hutan Sosial
Mediajambi.com- Sebanyak 135 petani di Desa Sungai Penoban Kecamatan Batang Asam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, semangat memulihkan hutan. Mereka tergabung tiga kelompok tani hutan (KTH), KTH Hulu Lumahan, KTH Penoban Lestari, KTH Mahau lestari bahu-membahu merehabilitasi lahan seluas 475 hektar yang telah rusak.
Dalam dua tahun terakhir, mereka telah mengikuti
berbagai pelatihan dan diskusi untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan hutan.
Upaya mereka tidak hanya bertujuan mengembalikan kehijauan alam, tetapi juga
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Setiap bulan, para petani berkeliling kebun mereka dengan
penuh semangat. Mereka memeriksa setiap pohon kopi yang mereka tanam, mengukur
tingginya, dan membersihkan gulma yang tumbuh di sekitarnya.
Mereka mencatat perkembangan setiap pohon dalam formulir
pemantauan. Selain menjaga kelestarian hutan, kegiatan ini juga memberikan
hasil yang menguntungkan bagi mereka. Kopi robusta yang mereka tanam tumbuh
subur dan menghasilkan buah yang berkualitas.
Maralohot Lubis, ketua kelompok tani, tersenyum bangga saat
memandang kebun kopinya yang hijau subur.
“Dulu, tempat ini gersang sekali,' kenangnya. Sekarang,
lihatlah, pohon-pohon kopi tumbuh subur, burung-burung berkicau riang. Rasanya
seperti kita sedang membangun surga kecil di tengah hutan.”
Dengan dukungan FORTASBI, FONAP, dan Yayasan CAPPA Keadilan
Ekologi, para petani di Sungai Penoban telah berhasil mengubah cara mereka
mengelola hutan.
Melalui pelatihan yang intensif, mereka kini mampu
mengidentifikasi tanaman yang sehat, memberikan perawatan yang tepat, dan
bahkan menerapkan sistem diversifikasi tanaman untuk meningkatkan
produktivitas.
Eka Karmadi, Ketua KTH Hulu Lumahan, menjelaskan, “Kami
tidak hanya petani, tapi juga pemelihara hutan. Dengan pengetahuan yang kami
dapatkan, kami yakin bisa menyejahterakan masyarakat dan melestarikan alam
secara bersama-sama.”
Hutan di Sungai Penoban kini semakin hijau dan asri. Berkat
kerja keras kelompok tani, 3.643 bibit tanaman, mulai dari Kopi, kemiri, durian, jengkol, dan pete,
berhasil tumbuh subur di lahan seluas 17 hektar.
Upaya restorasi ini tidak hanya memperbaiki ekosistem,
tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Hutan sosial di Sungai Penoban kini menjadi surga bagi flora
dan fauna. Setiap dua kali seminggu, anggota KTH dengan telaten memantau
pertumbuhan tanaman kopi yang mulai berbuah lebat. Namun, kejutan terbesar
datang dari penemuan jejak-jejak harimau Sumatera dan beruang.
"Saya sering menemukan jejak-jejak harimau Sumatera di
sekitar area penanaman," ujar Frengki Sihombing, anggota KTH Penoban
Lestari dengan penuh semangat.
Frengki bilang mereka sengaja membudidayakan madu untuk
menarik beruang agar mengunjungi area rehabilitasi.
Menurutnya, ini menunjukkan bahwa upaya mereka berhasil
menciptakan habitat yang mendukung keanekaragaman hayati. Dengan demikian,
hutan sosial di Sungai Penoban tidak hanya menjadi sumber penghidupan bagi
masyarakat, tetapi juga menjadi rumah bagi berbagai jenis satwa liar.
Workshop ekonomi hijau di Tanjung Jabung Barat menjadi
tonggak penting dalam kegiatan rehabilitasi hutan.
Diskusi mengenai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan
peran perempuan langsung diimplementasikan dalam praktik. Buktinya, 43% bibit
yang ditanam berasal dari pembibitan yang dikelola oleh kelompok perempuan yang
dibentuk melalui kegiatan rehabilitasi.
Muhammad Khalil Kayani, Fasilitator Lapangan CAPPA,
mengatakan bahwa kegiatan rehabilitasi yang dilakukan berhasil mendorong petani lebih aktif dalam
kegiatan kehutanan sosial.
Para petani kini rutin melakukan patroli dan penanaman
mandiri di area yang memerlukan rehabilitasi. Patroli dilakukan minimal sebulan
sekali, dan beberapa petani bahkan melakukannya hingga dua atau tiga kali,
tergantung kondisi lapangan.
"Kesadaran petani meningkat pesat. Mereka tidak hanya
menjaga, tetapi juga merasa memiliki hutan ini. Selama dua tahun terakhir,
hasilnya nyata—tidak ada titik api atau penebangan liar di kawasan ini,"
ujar Khalil.
Menurutnya, keberhasilan ini adalah bukti bahwa pengelolaan
hutan sosial dapat berjalan efektif jika didukung oleh komitmen dan kolaborasi
semua pihak. "Kami percaya, hutan yang sehat akan membawa manfaat langsung
bagi masyarakat sekitar, baik dari segi ekonomi maupun lingkungan," tambahnya.
Panen kopi menjadi salah satu hasil nyata dari program
kehutanan sosial yang dijalankan petani KTH Penoban Lestari.
Sekretaris KTH Penoban Lestari, Aminuddin, menyatakan
optimisme terhadap potensi program ini jika pengelolaan di kawasan Hutan
Kemasyarakatan (HKm) dapat dimaksimalkan.
Ia berharap dukungan dari pemerintah maupun organisasi
non-pemerintah (NGO) terus mengalir untuk membantu meningkatkan kesejahteraan
petani.
"Mayoritas anggota kelompok kami berasal dari kalangan
menengah ke bawah. Dengan dukungan yang tepat, hasil panen dari kawasan HKm ini
bisa menjadi penggerak ekonomi yang lebih baik bagi kami," pungkas Aminuddin.(*)