Petani Desa Sungai Penoban Pulihkan 475 Hektar Hutan Sosial

By MS LEMPOW 29 Nov 2024, 13:44:08 WIB PERTANIAN
Petani Desa Sungai Penoban Pulihkan 475 Hektar Hutan Sosial

Keterangan Gambar : Petani Desa Sungai Penoban Pulihkan 475 Hektar Hutan Sosial


Mediajambi.com- Sebanyak 135 petani di Desa Sungai Penoban Kecamatan Batang Asam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, semangat memulihkan hutan. Mereka  tergabung tiga kelompok tani hutan (KTH), KTH Hulu Lumahan, KTH Penoban Lestari, KTH Mahau lestari  bahu-membahu merehabilitasi lahan seluas 475 hektar yang telah rusak.

Dalam dua tahun terakhir, mereka telah mengikuti berbagai pelatihan dan diskusi untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan hutan. Upaya mereka tidak hanya bertujuan mengembalikan kehijauan alam, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    Setiap bulan, para petani berkeliling kebun mereka dengan penuh semangat. Mereka memeriksa setiap pohon kopi yang mereka tanam, mengukur tingginya, dan membersihkan gulma yang tumbuh di sekitarnya.

    Mereka mencatat perkembangan setiap pohon dalam formulir pemantauan. Selain menjaga kelestarian hutan, kegiatan ini juga memberikan hasil yang menguntungkan bagi mereka. Kopi robusta yang mereka tanam tumbuh subur dan menghasilkan buah yang berkualitas.

    Maralohot Lubis, ketua kelompok tani, tersenyum bangga saat memandang kebun kopinya yang hijau subur.

    “Dulu, tempat ini gersang sekali,' kenangnya. Sekarang, lihatlah, pohon-pohon kopi tumbuh subur, burung-burung berkicau riang. Rasanya seperti kita sedang membangun surga kecil di tengah hutan.”

    Dengan dukungan FORTASBI, FONAP, dan Yayasan CAPPA Keadilan Ekologi, para petani di Sungai Penoban telah berhasil mengubah cara mereka mengelola hutan.

    Melalui pelatihan yang intensif, mereka kini mampu mengidentifikasi tanaman yang sehat, memberikan perawatan yang tepat, dan bahkan menerapkan sistem diversifikasi tanaman untuk meningkatkan produktivitas.

    Eka Karmadi, Ketua KTH Hulu Lumahan, menjelaskan, “Kami tidak hanya petani, tapi juga pemelihara hutan. Dengan pengetahuan yang kami dapatkan, kami yakin bisa menyejahterakan masyarakat dan melestarikan alam secara bersama-sama.”

    Hutan di Sungai Penoban kini semakin hijau dan asri. Berkat kerja keras kelompok tani, 3.643 bibit tanaman, mulai dari  Kopi, kemiri, durian, jengkol, dan pete, berhasil tumbuh subur di lahan seluas 17 hektar.

    Upaya restorasi ini tidak hanya memperbaiki ekosistem, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar.

    Hutan sosial di Sungai Penoban kini menjadi surga bagi flora dan fauna. Setiap dua kali seminggu, anggota KTH dengan telaten memantau pertumbuhan tanaman kopi yang mulai berbuah lebat. Namun, kejutan terbesar datang dari penemuan jejak-jejak harimau Sumatera dan beruang.

    "Saya sering menemukan jejak-jejak harimau Sumatera di sekitar area penanaman," ujar Frengki Sihombing, anggota KTH Penoban Lestari dengan penuh semangat.

    Frengki bilang mereka sengaja membudidayakan madu untuk menarik beruang agar mengunjungi area rehabilitasi.

    Menurutnya, ini menunjukkan bahwa upaya mereka berhasil menciptakan habitat yang mendukung keanekaragaman hayati. Dengan demikian, hutan sosial di Sungai Penoban tidak hanya menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat, tetapi juga menjadi rumah bagi berbagai jenis satwa liar.

    Workshop ekonomi hijau di Tanjung Jabung Barat menjadi tonggak penting dalam kegiatan rehabilitasi hutan.

    Diskusi mengenai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peran perempuan langsung diimplementasikan dalam praktik. Buktinya, 43% bibit yang ditanam berasal dari pembibitan yang dikelola oleh kelompok perempuan yang dibentuk melalui kegiatan rehabilitasi.

    Muhammad Khalil Kayani, Fasilitator Lapangan CAPPA, mengatakan bahwa kegiatan rehabilitasi yang dilakukan  berhasil mendorong petani lebih aktif dalam kegiatan kehutanan sosial.

    Para petani kini rutin melakukan patroli dan penanaman mandiri di area yang memerlukan rehabilitasi. Patroli dilakukan minimal sebulan sekali, dan beberapa petani bahkan melakukannya hingga dua atau tiga kali, tergantung kondisi lapangan.

    "Kesadaran petani meningkat pesat. Mereka tidak hanya menjaga, tetapi juga merasa memiliki hutan ini. Selama dua tahun terakhir, hasilnya nyata—tidak ada titik api atau penebangan liar di kawasan ini," ujar Khalil.

    Menurutnya, keberhasilan ini adalah bukti bahwa pengelolaan hutan sosial dapat berjalan efektif jika didukung oleh komitmen dan kolaborasi semua pihak. "Kami percaya, hutan yang sehat akan membawa manfaat langsung bagi masyarakat sekitar, baik dari segi ekonomi maupun lingkungan," tambahnya.

    Panen kopi menjadi salah satu hasil nyata dari program kehutanan sosial yang dijalankan petani KTH Penoban Lestari.

    Sekretaris KTH Penoban Lestari, Aminuddin, menyatakan optimisme terhadap potensi program ini jika pengelolaan di kawasan Hutan Kemasyarakatan (HKm) dapat dimaksimalkan.

    Ia berharap dukungan dari pemerintah maupun organisasi non-pemerintah (NGO) terus mengalir untuk membantu meningkatkan kesejahteraan petani.

    "Mayoritas anggota kelompok kami berasal dari kalangan menengah ke bawah. Dengan dukungan yang tepat, hasil panen dari kawasan HKm ini bisa menjadi penggerak ekonomi yang lebih baik bagi kami," pungkas  Aminuddin.(*)




    Write a Facebook Comment

    Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

    Semua Komentar

    Tinggalkan Komentar :